TUJUAN
MENDIDIK ANAK AGAR MENJADI SHOLEH BUKAN MENJADI KAYA.
Simak
kisah berikut.
💫💫💫💦💫💫💫
Begini
kisahnya :
Seorang
bapak kira-kira usia 65 tahunan duduk sendiri di sebuah Lounge Bandara Husein
Sanstranegara Bandung, menunggu pesawat yang akan menerbangkannya ke
Ckg-Jakarta.
Kami
bersebelahan hanya berjarak satu kursi kosong. Beberapa menit kemudian ia
menyapa saya.
“Dik
hendak ke Jakarta juga?”
“Saya
iya, Pak...ke Jkt. Bapak Juga?”
“Iya.”
“Bapak
sendiri?”
“Iya.”
Senyumnya datar. Menghela napas panjang._“Dik kerja dimana?”_
“Saya
wiraswasta, kecil2an, Pak,” sahut saya sekenanya.
“Kecil2an
tapi mapan, ya?” Ia tersenyum.
“Kalau
saya mapan tapi jiwanya serabutan.”
Saya
tertegun. “Kok begitu, Pak?”
Ia
pun mengisahkan, istrinya telah meninggal setahun lalu. Dia memiliki dua orang
anak yang sudah besar-besar. Yang sulung sudah mapan bekerja. Di Amsterdam. Di
sebuah perusahaan farmasi terkemuka dunia. Yang bungsu, masih kuliah S2 di USA.
Ketika
ia berkisah tentang rumahnya yang mentereng di kawasan elit Pondok Indah
Jakarta, yang hanya dihuni olehnya seorang, dikawani seorang satpam, 2 orang
pembantu dan seorang sopir pribadinya, ia menyeka airmata di kelopak matanya
dengan tisue.
“Dik
jangan sampai mengalami hidup seperti saya ya. Semua yang saya kejar dari masa
muda, kini hanyalah kesia-siaan. Tiada guna sama sekali dalam keadaan seperti
ini. Saya tak tahu harus berbuat apa lagi. Tapi saya sadar, semua ini akibat
kesalahan saya yang selalu memburu duit, duit, dan duit, sampai lalai mendidik
anak tentang agama, ibadah, silaturrahmi dan berbakti pada orang tua.”
Hal
yang paling menyesakkan dada saya ialah saat istri saya menjelang meninggal
dunia karena sakit kanker rahim yang dideritanya, anak kami yang sulung hanya
berkirim SMS tak bisa pulang mendampingi akhir hayat mamanya gara-gara harus
meeting dengan koleganya dari Swedia. Sibuk. Iya, sibuk sekali…. Sementara anak
bungsu saya mengabari via WA bahwa ia sedang mid - test di kampusnya sehingga
tidak bisa pulang...”
“Bapak...,
Bapak yang sabar ya….”
Tidak
ada kalimat lain yang bisa saya ucapkan selain itu.
Ia
tersenyum kecut.
“Sabar
sudah saya jadikan lautan terdalam dan terluas untuk membuang segala sesal saya
dik...
Meski
telat, saya telah menginsafi satu hal yang paling berharga dalam hidup manusia,
yakni sangkan paraning dumadi. Bukan materi sebanyak apa pun. Tetapi, dari mana
dan hendak ke mana kita akhirnya. Saya yakin, hanya dari Allah dan
kepada-Nya kita kembali. Di luar itu, semua semu. Tidak hakiki...
Adik
bisa menjadikan saya contoh kegagalan hidup manusia yang merana di masa
tuanya….”
Ia
mengelus bahu saya –saya tiba-tiba teringat ayah saya.
Spontan
saya memeluk Bapak tsb..
Tak
sadar menetes airmata..
Bapak
tua tersebut juga meneteskan air mata....
......
kejadian ini telah menyadarkan aku, bahwa mendidik anak tujuan utamanya
harus sholeh bukan kaya. Tanpa kita didikpun rejeki anak sudah dijamin
Allah ar Razzaaq, tapi tidak ada jaminan tentang keimanannya, orang tua yg
harus berusaha untuk mendidik dan menanamkannya.
Di
pesawat, seusai take off, saya melempar pandangan ke luar jendela, ke
kabut-kabut yang berserak bergulung-gulung, terasa diri begitu kecil lemah tak
berdaya di hadapan kekuasaan-Nya.
(
Semoga bermanfaat )
===========================
Silahkan
download e-book Panduan Mendidik Anak karya Syaikh Abdussalam
As-Sulayman di sini
Baca
juga Khasiat Minyak Zaitun Ruqyah
Anda
menderita keluhan Ejakulasi Dini atau Ingin Tambah
Lama Durasi dalam berhubungan suami istri, semoga disegerakan
sembuhannya dan semoga Lintah Hitam Papua, Madu Kuat Super Tonik, HajarJahanam Mesir Cair atau Herbal Kuat Ar Rijal menjadi solusinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar